Monday, January 4, 2010

ANALISIS ARTIKEL QUANTUM LEARNING


Quantum learning berakar dari upaya Georgi Lozanov, pendidik berkebangsaan Bulgaria. Ia melakukan eksperimen yang disebutnya suggestology (suggestopedia). Prinsipnya adalah bahwa sugesti dapat dan pasti mempengaruhi hasil situasi belajar, dan setiap detil apa pun memberikan sugesti positif atau negatif. Untuk mendapatkan sugesti positif, beberapa teknik digunakan.

Quantum learning ialah kiat, petunjuk, strategi, dan seluruh proses belajar yang dapat mempertajam pemahaman dan daya ingat, serta membuat belajar sebagai suatu proses yang menyenangkan dan bermanfaat. Quantum learning menggabungkan sugestologi, teknik pemercepatan belajar, dan NLP dengan teori, dan keyakinan.

ARTIKEL
Aku Hampir Gila (18) :
Aku Jadi Siswa Paling Bodoh
Senin, 07-04-2008 17:02:28 oleh: Tarjum
Kanal: Opini


Siklus manic depressive terus berulang-ulang dengan intesitas tekanan yang semakin kuat, seperti lingkaran setan yang tak berujung. Kondisi kejiwaanku yang terus memburuk, sangat mempengaruhi aktivitas sehari-hariku di rumah maupun di sekolah. Semester kedua di SMA prestasi belajarku mulai menurun, aku hanya meraih rangking 4 dari 46 siswa.

Kondisi kejiwaanku makin memburuk, suasana hatiku semakin tak terkendali. Kepercayaan diriku yang rendah serta ketidak mampuanku bergaul menambah beban berat pikiranku. Kondisi fisikku pun mulai terganggu. Aku mulai sering sakit-sakitan, sakit yang tak jelas sakit apa. Sakit fisik yang disebabkan oleh kondisi psikisku yang tak menentu.

Siswa Bodoh yang Pemalas dan Suka Nyontek
Memasuki kelas dua SMA, prestasi akademisku makin terpuruk, bahkan hancur-hancuran. Sekarang aku bukan lagi anak pandai yang selalu juara kelas, tapi aku sudah berubah drastis menjadi anak bodoh dan pemalas yang sering mendapatkan nilai 3 dan 4 saat tes. Saat belajar di ruang kelas, aku sama sekali tidak bisa konsentrasi. Aku malah sering tidur saat guru sedang mengajar. Aku tak bisa mencerna materi-materi pelajaran yang disampaikan para guru di ruang kelas.

Sejak itu aku mulai sering nyontek saat tes. Aku juga jarang mengerjakan pekerjaan rumah (PR) karena di rumah pun aku juga tak bisa konsentrasi belajar. Ujung-ujungnya ya, nyontek lagi kebiasaan buruk yang sangat aku benci saat aku di SMP dulu—walaupun sebenarnya aku sangat malu melakukannya.

Aku suka sedih jika ingat prestasiku di SMP dulu. Aku selalu bahagia saat kenaikan kelas, karena aku selalu menjadi yang terbaik. Kini masa bahagia itu sudah berlalu. Aku sudah berubah manjadi siswa yang bodoh, pemalas, suka nyontek, suka tidur saat belajar, dan sering datang terlambat ke sekolah, bahkan pernah beberapa kali bolos sekolah.

Aku memang sudah banyak berubah. Semester 3 rangkingku anjlok ke urutan 34 dari 39 siswa. Prestasi terburuk yang bahkan tak pernah aku bayangkan sebelumnya. Itu berarti aku menjadi siswa paling bodoh ke-6 di kelas. Dengan nilai raport dan rangking sejelek itu aku sampai khawatir jangan-jangan aku tidak naik kelas.

Jika episode depresi datang, berada di ruang kelas benar-benar merupakan siksaan bagiku, aku tak mampu menyerap dan mencerna materi-materi pelajaran yang disampaikan para guru. Apalagi jika diberi tugas mengerjakan soal, aku sama sekali tidak bisa berpikir. Otakku seperti beku, lidahku seperti kelu, dan tubuhku seperti kaku.

Karena dengan suasana hati yang tak menentu serta kekacauan emosi yang tak terkendali, aku sering bingung harus ngomong apa jika berhadapan dengan teman atau siapa saja. Aku tak bisa menata pikiranku sendiri, aku tak mampu menyusun kata-kata dan merangkai kalimat yang tepat untuk diucapkan. Kalaupun dipaksakan yang terucap hanya kalimat-kalimat pendek yang kadang tidak relevan dengan tema obrolan.

Keadaan ini membuatku semakin ragu, malu dan kurang berani bicara di depan teman-temanku. Bahkan pada situasi tertentu aku sering gagap bicara. Saat berhadapan dengan seseorang terutama teman, aku khawatir mereka akan memandang aneh dengan sikapku, kata-kata, nada biacara, raut muka serta gerak-gerikku.

MASALAH
  1. Adanya suatu pernyataan bahwa terdapat manusia yang bodoh.
  2.  Kondisi kejiwaan seseorang sangat mempengaruhi aktivitas belajar.
  3. Siswa kurang memiliki sifat kepercayaan diri dan motivasi.
  4. Siswa memiliki daya nalar  dan kecerdasan yang berbeda-beda
  5. Setiap siswa memiliki gaya belajar yang unik.
  6. Terdapat siswa yang kesulitan menyerap dan memahami pelajaran-pelajaran yang disampaikan gurunya.
  7. Siswa sulit berkonsentrasi saat belajar di dalam kelas.


 SOLUSI

  1. Guru harus meyakinkan kepada setiap siswa nya bahwa “Tidak satupun siswa saya yang tidak pintar“.
  2. Setiap siswa harus dapat menahan kendali atas kehidupan emosionalnya.
  3. Guru  harus dapat mengenali secara dini kecerdasan masing-masing peserta didik, dan kemudian memberikan layanan yang sesuai dengan tipe kecerdasan yang mereka miliki.
  4. Mengikuti pelatihan mengenai penggunaan media belajar  yang efektif.
  5. Berusaha melengkapi fasilitas yang ada di setiap sekolah.
  6. Guru harus lebih banyak memberikan umpan balik yang positif bagi siswa.
  7. Menciptakan sekondusif mungkin ruang belajar yang memberikan kenyamanan dan rasa santai.

No comments:

Post a Comment